Social Icons

Senin, 10 Desember 2012

First Love Never Dies?


Juli 2004, aku mulai masuk  sekolah di SMP X . Itu  satu-satunya sekolah menengah pertama di desaku, maklum desa terpencil. Kendaraan yang lewat pun  sangat jarang. Meskipun fasilitas  di sekolah itu  sangat kurang, namun siswanya lumayan pintar, bahkan ada yang pernah mengikuti lomba sains  tingkat  provinsi.  Aku  sangat senang karena bisa sekolah di tingkat yang lebih tinggi dan aku  pun mendapatkan banyak teman baru. Awalnya aku sangat malu, maklumlah anak-anak sedang beranjak remaja. Kelakuan sewaktu SD masih terbawa. Oh ya, namaku feby.
Tahun pertama aku menjalani hari-hariku di SMP, semuanya terasa menyenangkan. Apalagi aku sudah mendapatkan seorang  sahabat yang  baik kepadaku, namanya Mifda. Namun bukan cuman Mifda, aku mempunyai banyak sahabat. Kita membentuk sebuah  genk kayak di film-film gitu. He.he. Nama genknya itu compact girls yang  terdiri dari 6 orang  yaitu, aku, Mifda, Juniar, Mira, Ayu, Winda. Namun, aku biasanya sering bersama Mifda. Jika aku mempunyai sahabat, aku pun mempunyai rival di sekolah yaitu genk cowok. Aku tidak tahu apa nama genknya, yang jelas ada dua orang yang paling aku benci yaitu Andi dan Andri. Mereka itu sungguh menyebalkan. Tiap hari tak henti-hentinya mereka mengerjai aku. Waktu pertama kali masuk sekolah, Andri menaruh permen karet di tempat dudukku, sampai rok aku robek. Mereka hanya tertawa sepuasnya melihat aku menderita. Namun aku tidak diam begitu saja, aku membalasnya dengan mengejarnya sampai aku bisa memukulnya dengan puas.
Suatu hari aku bersama Mifda, Andi dan Andri sedang melakukan permainan yang biasa kami lakukan yaitu saling mengejek lewat tulisan-tulisan di kertas. Saat itu pelajaran agama, aku melemparkan kertas yang berisi ejekan pada Andi. Sialnya kertas itu jatuh tepat di depan guru agama. Akhirnya kami berempat disuruh kedepan dan membacakan semua tulisan yang ada di kertas itu dengan keras. Sungguh aku sangat  malu, semua teman-temanku menertawakanku bahkan yang lebih parah lagi, kami dihukum membersihkan WC di sekolah. Sepulang sekolah, aku pun bersama Mifda tinggal untuk membersihkan WC. Tentunya bersama Andi dan Andri. Aku pun sempat bertengkar dengan Andi.
“Ini semua gara-gara kamu”, serangku pada Andi.
“Apa? Kamu sadar tidak kalau ini semua kamu yang mulai”, balas Andi.
“Sudahlah tidak usah dipermasalahkan, lebih baik kita cepat menyelesaikan tugas kita”, tukas Andri.
Kami pun melanjutkan membersihkan WC yang sangat bau itu. Dua jam telah berlalu, akhirnya semua sudah bersih. Aku sangat senang. Namun, mungkin karena terlalu serius bekerja, aku baru sadar  kalau ternyata Andri dan Mifda tidak ada. Hanya ada aku dan Andi.
“Hey, kamu lihat  Mifda?“, tanyaku pada Andi
“Kamu nanya sama siapa ya? Sama tembok?”, cetus Andi.
  Sama kamu lah, memang ada orang lain selain kita diruangan ini?”.
“Tuh si Andr……..”, putus Andi.
“ ha,ha,ha, memang kamu lihat  si gendut itu disini”, tawaku.
“Aku  tahu, pasti kamu sengaja menyuruh mereka pulang supaya kamu bisa berdua denganku disini, iya kan?”
“Apa? PD banget  kamu.
Tiba-tiba suara petir menggelegar, langit menghitam pertanda akan hujan. Tanpa sadar aku memeluk Andi. Aku sangat takut jika mendengar suara petir.
“ Maaf”, kataku pada Andi. Aku langsung melepaskan pelukanku.
Jam sudah menunjukkan pukul lima sore, namun aku  dan Andi masih terkurung di WC itu. Ternyata Mifda dan Andri menguncikan aku dan Andi di WC. Sungguh sial. Aku sudah berusaha mencari jalan keluar, namun belum ada hasilnya. Pintu terkunci sangat rapat dan tentunya tidak ada jendela di WC, yang ada hanya ventilasi  udara, itupun sangat susah untuk dibuka karena besi penguncinya sudah berkarat. Aku melihat keluar lewat ventilasi udara, ternyata hari sudah mulai gelap. Aku mulai takut, apalagi sudah mulai terdengar suara-suara aneh yang sungguh menyeramkan. Aku melihat  Andi, dia hanya terdiam di dekat  pintu dengan wajah pasrah.
“Kamu usaha dong, supaya kita bisa keluar, aku lelah di sini terus, mana bau lagi”, cetusku.
“Sia-sia saja, tidak akan ada jalan keluar “, pasrah Andi.
“Apa? Kamu cari cara dong, aku tidak mau lama-lama di sini apalagi sama kamu”.
“Kamu bisa diam? Kamu kira aku juga mau berlama-lama disini bersama kamu.”
Aku pun diam dan duduk disamping Andi. Tiba-tiba aku mulai merasakan sekujur tubuhku dingin dan aku  pun bersin-bersin. Pasti gara-gara tadi aku bermain air, akhirnya masuk angin. Aku memperhatikan Andi, dia malah keasyikan tidur disaat situasi seperti ini. Aku mulai jengkel namun aku juga merasa ngantuk, seluruh badanku sakit dan akhirnya aku tertidur.
Dua jam kemudian aku terbangun dan merasakan sekujur tubuhku menggigil, kepalaku pusing dan mataku berkunang-kunang. Andi terbangun mendengar rintihanku.
“Kamu kenapa?”, Tanya Andi.
(Aku hanya menggeleng)
“Kamu sakit?”, sambil menempelkan tangannya dikeningku.
“Kamu pake jaketku”.
(Andi pun memasangkan jaketnya kebadanku yang mulai panas)
Tiba-tiba kami mendengar suara derap langkah sesorang. Andi segera berteriak meminta tolong. Pintu pun dibuka dan ternyata yang datang itu adalah penjaga sekolah. Akhirnya kami bisa bernafas lega. Namun semenjak penjaga sekolah itu masuk, aku sudah tidak sadarkan diri.
***
Keesokan harinya, aku terbangun dan melihat  kalau aku sudah berada dikamarku. Kepalaku masih terasa pusing dan sekujur tubuhku terasa sakit. Mama datang menghampiriku sambil membawakan segelas susu dan sepotong roti.
“Jangan bangun dulu sayang, kamu masih lemes”, kata mama
“Aku tidak apa-apa Ma. Bagaimana aku bisa ada disini, seingatku kemarin aku terkunci di WC sekolah bersama Andi”, Tanyaku pada mama.
“Iya sayang, kemarin kamu pingsan dan Andi yang membawamu pulang kerumah. Ya sudah, kamu istirahat  saja”.
***
Sejak kejadian lima hari yang lalu bersama Andi. Aku jarang bertengkar lagi dengan dia, bicara saja tidak pernah. Aku ingin berterima kasih kepadanya, tetapi aku malu. Teman-temanku terkadang menggodaku. Mereka kaget melihat aku dan Andi saling diam yang biasanya tiap hari selalu bertengkar. Aku juga bingung, tenyata Andi bisa baik juga. Dia mengantarkan aku pulang. Aku jadi mikir apa dia suka sama aku ya? Ah, tidak mungkin. Tiba-tiba Mifda datang membuyarkan lamunanku.
“Hey, ada yang lagi jatuh cinta nih”, ejek Mifda
“Ih, apa sih?”, jawabku
Aku hanya tersenyum mendengar  ucapan Mifda. Apa benar aku jatuh cinta kepada Andi. Apa ini  yang dinamakan cinta, ketika aku selalu memikirkan dia. Ah, aku jadi bingung dengan perasaanku sendiri. Ini semua sulit  untuk diartikan, baru pertama kali aku merasakan hal seperti ini.
Waktu berlalu begitu cepat dan kini sebentar lagi aku akan menghadapi ujian akhir. Ada hal yang sama sekali tidak aku duga. Aku dan Andi sudah baikan dan tidak menjadi musuh lagi, bahkan sekarang kita sering belajar  bersama. Kita sekarang begitu dekat.  Ternyata benci dan cinta itu beda tipis ya. Ah, entah apa yang aku pikirkan sekarang. Apa aku berfikir bahwa aku kini telah jatuh cinta kepada Andi. Perhatian dia kepadaku semenjak kejadian setahun yang lalu membuat aku yakin kalau dia pun  merasakan hal  yang sama. 
“Kok  senyum-senyum sendiri?”, tanya Andi.
“Tidak apa-apa”, jawabku.
“Ayo ngaku, jangan-jangan kamu lagi jatuh cinta. Apa sih namanya itu? first love,,, he,he”, goda Andi.
“Apa sih kamu. Memang kamu sudah merasakan  yang namanya cinta pertama, Ndi?”
“Sepertinya  sudah, aku pulang dulu  ya.  Sudah sore”.
 Aku  jadi semakin  yakin kalau  Andi juga jatuh cinta sama aku. Oh senangnya hatiku. Beginikah  rasanya cinta pertama. Terasa berbunga-bunga.
Hari  yang mendebarkan akhirnya tiba. Aku  sudah sangat siap menghadapi  ujian akhir  ini dan berharap bisa lulus dengan nilai  yang  memuaskan dan harapanku pun  terkabul. Aku lulus  dengan  nilai yang memuaskan. Begitu  pun  dengan  Andi.  Aku  bahkan sempat memeluknya karena sangat  senang, akhirnya dapat menyelesaikan satu lagi tingkat pendidikan.
Aku merayakan kelulusanku bersama sahabat-sahabatku, compact girls. Andi bersama  teman-temannya juga ikut bergabung. Aku senang kini sudah tidak ada lagi permusuhan. Akhirnya, ini semua berujung  bahagia. Namun ada satu hal lagi  yang  belum aku  tahu yaitu perasaan Andi padaku. Meski  aku sudah  yakin kalau dia juga menyayangiku, tetapi  aku  ingin mendengar langsung  darinya kalau dia merasakan hal yang sama seperti yang aku  rasakan. Aku pun memberanikan diri untuk menanyakan perasaannya padaku. Aku  tahu kalau  ini begitu nekat,  tetapi  aku sudah tidak sabar ingin tahu mengenai perasaan Andi.
“Andi, aku ingin menanyakan sesuatu kepadamu”, kataku
“Ada apa feb”?, tanya Andi.
“Sebenarnya cinta pertama  yang kamu maksud kemarin itu  siapa?”
“Kenapa  kamu  menanyakan hal itu?”, tanya Andi
“Aku….. Aku mau bilang kalau aku  sayang  sama  kamu, Ndi. Aku  tahu ini  bodoh.  Tapi  aku juga bingung  dengan  perasaanku  sendiri. Aku  selalu ingin dekat dengan kamu”
“Apa?  tapi,,,,”
“Tapi kenapa Ndi? Kamu juga merasakan hal yang sama kan.”
“Maafkan aku Feb, aku selama ini  menganggap kamu sebagai sahabat aku. Tidak lebih.”, sesal  Andi.
“Apa?  jadi  selama  ini kamu hanya menganggap  aku sekedar sahabat” 
Air  mataku mulai menetes, aku segera lari meninggalkan Andi.
“Tunggu, Feb“, teriak Andi.
Aku  sudah tidak mempedulikannya  lagi. Aku ternyata salah selama ini, aku kira  kalau Andi juga mencintaiku,  tetapi  ternyata tidak. Aku sungguh tidak bisa menerima semua ini. Kenapa disaat aku merasakan cinta pertama, aku pun harus merasakan  sakit. Sungguh sakit. Aku  hanya bisa menangis dan menangis.
***
Hari berganti hari, bulan ke bulan, tahun ke tahun. Kejadian lima tahun yang lalu itu masih teringat jelas dibenakku. Kini aku tahu kalau ternyata Andi memang tidak mencintaiku. Dia mencintai orang lain. Namun yang menyakitkanku adalah dia mencintai sahabatku sendiri, Juniar. Aku tahu dari informasi teman-teman lamaku. Aku sungguh tidak menyangka kalau selama ini juniar juga menaruh hati pada Andi dan dia tidak berani untuk mengatakannya, karena dia menghargai aku. Kalau diingat lucu juga ya. Aku dengan konyolnya menyatakan cinta pertamaku pada Andi, yang ternyata bertepuk sebelah tangan.
Sekarang aku sudah mempunyai seseorang  yang sangat mencintaku, meski tidak bisa membohongi perasaanku sendiri kalau  sampai  sekarang  ternyata  belum bisa melupakan Andi.  Apa benar “first love never dies”?
Oh tuhan tolonglah aku
 hapuskan  rasa cintaku
 aku pun ingin bahagia
walau tak bersama dia
Lagu Judika yang ku putar lewat laptopku, mengiringi tidurku menuju ke alam mimpi, memimpikan sesuatu  yang  mustahil untuk menjadi kenyataan.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Thank You